Sabtu, 21 Agustus 2010

komik bonek mania

pada suatu hari aku melihat para sepoter bonek mania.bonek mania pada lihat pertandingan persebaya lawan persija.para sepoter pada ejek ejekan.sepoter bonek mania tidak terima terjadi tawuran sepoter.endak tau gy menang pertandingan siapa.sepoter persija kalah sepoter persebaya menang.akhir ya viking gabung sama bonek.mula mula aremania menyerang bonek mania.ahirnya bonek mania menjadi raja sepoter

Minggu, 15 Agustus 2010

the BONEK mania???


gambar

Add comment February 6th, 2010

salah rekrutmen

SALAH REKRUTMEN
Jumat, 5 Februari 2010 | 09:09 WIB

http://www.surabayapost.co.id/gambar/5bec4ec942bf9e3b5c9e0da629a86dc1.jpg


SURABAYA – Putaran pertama ISL musim ini menjadi ajang pembelajaran bagi Green Force Persebaya. Pembelanjaan pemain asing tim kebanggaan arek-arek Surabaya itu dinilai gagal.

Jika mau jujur, pembelanjaan pemain asing yang berhasil hanyalah John Tarkpor. Selama putaran I, playmaker asal Liberia itu menjadi ruh tim. ”Saya tidak sepakat jika mereka dinilai produksi gagal. Bagaimana pun mereka memiliki kontribusi kepada tim,” kata pelatih Persebaya, Danurwindo.

Dari lima pemain asing yang ada, selama putaran pertama, kecuali Tarkpor, empat pemain lainnya dinilai tidak cocok di pentas ISL. Striker termahal Persebaya, Ngon Adjam (Rp 1,3 miliar), tidak memberikan kontribusi maksimal bagi tim, karena cedera yang dialaminya.

Pemain asal Kamerun itu hanya bermain 248 menit (tidak genap tiga laga) selama putaran pertama. Ngon hanya bermain full time di dua pertandingan (versus PSPS Pekanbaru dan Sriwijaya FC). Dari 17 pertandingan, Ngon hanya mencetak tiga gol. Tentu sangat tidak produktif bagi seorang striker papan atas. ”Ngon bukanlah pemain asal-asalan. Dia adalah striker berkualitas. Hanya saja, dia kena masalah dengan cederanya,” jelas Danur – sapaan akrab Danurwindo.

Penampilan tiga pemain asing lainnya, Josh Maguire, Anderson da Silva dan Takatoshi Uchida, juga tidak menjanjikan. Apakah masalah ini dikarenakan Danur tidak dilibatkan dalam perekrutan pemain asing? Mantan pelatih Persija itu membantahnya. ”Saya sudah memberikan kepada manajemen tentang kriteria pemain yang saya inginkan. Manajemen kemudian mencarikannya. Sebab, tidak mungkin saya mencari pemain sendiri,” jelasnya.

Ketika membangun kerangka tim, manajemenlah yang lebih banyak berperan. Waktu itu, Danurwindo belum bergabung di markas Persebaya karena masih menjalankan tugas sebagai instruktur pelatih lisensi A AFC di Jakarta.

Ketika Danur datang, para pemain sudah terekrut semuanya. Perekrutan Ngon, Tarkpor, Josh, Anderson, dan Taka, manajemenlah yang lebih berperan.

Mengenai pemain asing baru yang kini ikut seleksi, manajer Saleh Ismail Mukadar mengatakan, akan me-launching mereka Minggu (7/2) mendatang. Mereka diperkenalkan dalam laga uji coba versus Persebaya Surabaya U-21.

Temuan TPF

Sementara itu, Tim Pencari Fakta (TPF) Pengcab PSSI Surabaya menemukan celah kekeliruan dari keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang menjatuhkan sanksi berlipat pada Persebaya. Kuasa hukum Persebaya M. Sholeh menerangkan, meskipun keputusan Komdis PSSI terkait kasus Arema Indonesia tidak bisa dibanding, karena dendanya tidak lebih dari Rp 30 juta, sejatinya denda tersebut lebih dari Rp 30 juta.

“Komdis menjatuhkan vonis dua kali untuk kasus yang sama, yaitu kasus Arema. Hal yang tidak lazim di lingkungan hukum. Selain kena denda Rp 30 juta, Komdis juga memberikan denda tambahan Rp 5 juta untuk diberikan pada Arema,’’ jelas Sholeh.

Berarti, Komdis mendenda Rp 35 juta plus hukuman partai usiran Persebaya versus Sriwijaya FC di Malang, tanpa penonton. ’’Keputusan pertama denda Rp 5 juta. Mungkin karena Komdis tidak mendapat apa-apa, mereka menjatuhkan keputusan kedua. Ini baru pertama kali, satu kasus diputus dua kali,’’ jelasnya.

Sholeh berharap hukuman terhadap Persebaya direduksi. Partai usiran Persebaya kontra Sriwijaya di Malang, menurut Sholeh, berarti memberikan masalah kepada Arema. Sebab, selama ini terjadi permusuhan suporter Arema dan Persebaya. ook

Add comment February 5th, 2010

berita meneng rek

JUMAT, 05 FEBRUARI 2010 | 11:19 WITA | 5694 Hits
Persebaya Gelar Laga Amal
Untuk Bayar Denda Komdis

(Foto, vivanews.com)

SURABAYA — Kondisi keuangan Persebaya sedang tidak bersahabat. Ya, tim berjuluk Green Force itu meradang, setelah digempur habis-habisan oleh hukuman Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dengan denda yang berlapis.

” Kondisi keuangan kami tidak sehat, itu setelah banyak denda yang diberikan oleh Komdis kepada Kami,” aku Ketua Umum Persebaya, Saleh Ismail Mukadar di Gelora 10 Nopember kemarin (4/1).
Menurut Saleh, faktor yang menguras kantong Persebaya adalah kewajuban pembayaran denda sebesar Rp 30 Juta kepada Arema Malang, sebelum jatuh tempo pada tanggal 9 Februari.

Selain itu, Sambung Saleh, Persebaya juga ditekan untuk membayar denda sebesar Rp 200 juta kepada komdis dan Rp 50 juta yang diberikan pada Persib Bandung, Saat pendukung Persebaya ikut memberikan dukungan kepada Persebaya saat melawan Persib Bandung pada tanggal 23 Januari silam.

” Ini sangat tidak adil, mereka (Komdis Red) sudah tahu kalau kondisi keuangan kami sedang tidak bersahabat, malah memberikan hukuman seperti itu,” ucap Saleh. Kendati demikian, Saleh menyatakan bahwa hukuman yang diberikan oleh Komdis itu akan terasa lebih ringan. Itu setelah para pendukung Persebaya dari berbagai elemen memohon agar Persebaya membuat laga amal untuk membayar denda yang dibebankan kepada Persebaya tersebut.

” Mereka (sporter Persebaya Red) menginginkan laga amal itu, dan kami akan menggelarnya pada Hari Minggu Sore (7/1) di sini (Gelora Sepuluh Nopember Red),” tutur pria berbadan subur itu. Saleh optimistis masih banyak pendukung yang mau membantu Persebaya untuk keluar dari masa-masa sulit dengan laga amal antara Persebaya melawan Persebaya Junior itu,

” Saya yakin, mereka bukan hanya datang untuk menyaksikan pertandingan, tapi lebih dari itu, yakni meringankan beban yang dialami oleh tim idola mereka,” Ungkap Saleh. Menurut Saleh, karena laga tersebut adalah laga amal, maka diberikan harga yang sama bagi semua kelas yakni Rp 20.000.” (jpnn)

Kamis, 05 Agustus 2010

hifatlobrain 2.0

3/18/09

The Forgeted Spirit of Bonek


Teks dan foto: Emal Zain MTB
Riset: Ayos Purwoaji



___________________________________







Kontrib
utor
Emal
Zain MTB adalah seorang traveler yang sudah banyak mengunjungi tempat eksotis nan tersembunyi di Jawa, dan masih menabung untuk proyek besarnya mengelilingin Indonesia. Emal juga seorang penulis dan pemikir yang berbakat. Penggemar segala jenis makanan ini tercatat aktif sebagai word editor pada ITS Online.
___________________________________

"...
Yo...ayooo
Ayo Persebaya...
Sore ini...
Kita harus menang!
..."

Lagu itu bergemuruh menghentakkan stadion. Mengangkat emosi para penonton ke puncak tertinggi. Emosi yang juga dirasakan 11 pemain berbaju hijau,sebuah emosi yang leluap utuk menang! Lagu itu sndiri diambil dari sebuah nada dari Amerika Selatan, Chile tepatnya. Lagu patriotik yang digubah liriknya dan telah meng-Indonesia. Sederhana namun menggetarkan. Lagu inilah yang dibawakan Bonek Mania ketika mendukung laskar Bajul Ijo sore itu.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup saya; menjejakkan kaki di sebuah stadion. Gak tanggung-tanggung, langsung ke stadion sekelas Gelora Sepuluh Nopember (GSN) yang kabarnya akan diproyeksikan sebagai tuan rumah Piala Dunia. Saya hadir ditemani dua orang teman saya, Fatih dan Ibnu. Bukannya kurang kerjaan di akhir minggu, tapi kami hanya ingin merasakan sebuah sensasi langka yang tidak bisa didapatkan di manapun di seluruh dunia kecuali di Stadion Tambaksari bersama puluhan ribu Bonek yang lain. Sesuatu yang dihindari namun sekaligus ngangeni, sesuatu yang mungkin bakal hilang ditelan zaman, sesuatu yang hanya bisa dirasakan para Green Force.

Aah terlalu seru untuk dituliskan. Datang sajalah dan nikmati...

***
Belum lagi matahari condong ke Barat, jalan Tambaksari sudah sulit dilalui kendaraan. Lautan hijau sudah memenuhi pelataran stadion. Datang dari berbagai penjuru Surabaya, mulai Surabaya bagian utara, selatan, barat, sampai timur semua berkumpul pada satu titik. Beberapa sudah antri di depan pintu masuk kelas ekonomi. Padahal suara peluit dimulainya pertandingan masih 2 jam lagi dibunyikan. Tiket masih saja laris manis. Gerombolan-gerombolan ijo terus saja berdatangan. Semakin menyesakkan Tambaksari. Tak jauh dari kerumunan, puluhan Brimob telah siaga. Mobil watercanon pun terparkir dengan gagahnya. Berjaga.

Selepas Shalat Ashar kami pun turut mengantri di depan pintu tribun utama sisi kanan (SKA). Ada tiga macam tiket di GSN, VIP seharga Rp 50 ribu, Tribun Utama seharga Rp 30 ribu dan kelas ekonomi Rp 15 ribu. Kelas ekonomi memenuhi tiga per empat tempat duduk stadion. VIP dan tribun utama berada di sisi barat dengan bonus atap pelindung dari panas dan hujan. Bedanya, VIP memakai kursi bersandar dari plastik. Sedangkan tribun utama dan ekonomi duduk di lantai berundak. Berbaur dengan penonton lainnya. Bersorak bersama dan melenguh bersama pula.

Sore itu, Persebaya kedatangan lawan dari Persitara Jakarta Utara untuk menjalani Leg I Copa Indonesia babak Perdelapan Final. Wajar jika animo Bonek mania cukup tinggi. Tercatat dalam pengumuman, ada 21 ribu orang memenuhi stadion sore itu. Sebaliknya, hanya ada puluhan suporter Persitara di tengah kami. Seperti sebuah noktah biru kecil di belantara hijau stadion. Sepertinya 11 pemain Persitara di lapangan pun dibuat ciut nyalinya. Siapa sih yang tidak kenal Bonek?

Pertandingan cukup keras di awal babak pertama. 4 kartu kuning sudah keluar. Bonek pun mulai memanas, kecewa dengan kinerja wasit dengan meneriaki ”wasiit ngantuuuk", juga kecewa karena kinerja pemain Persebaya yang tidak sesuai harapan mereka. Di sinilah chemistry berada di stadion bersama puluhan ribu orang benar-benar terasa. Diiringi yel-yel Bonek mania, semua menjadi melodi yang mengguncang emosi. Emosi yang hanya di dapat di stadion, tidak saat menonton di televisi, tidak pula saat menikmati film action di bioskop. Maka datang sajalah dan nikmati sendiri...

Para Bonek akan spontan berdiri saat muncul peluang di depan gawang. Semua akan kecewa saat peluang tersiakan. Semua akan marah saat pemain di langgar. S.E.M.U.A; tidak ada yang tidak. Ribuan orang tersebut pun mampu membuat orang yang tidak suka sepakbola untuk bangkit melonjak meninju udara dan berteriak kegirangan saat gol tercipta. Berteriak sejadinya....emosi pun terpuaskan. ”

OOoooooOOOooooooo...OoOooOOoOoooooOO...oooo

Inilah sebuah hiburan yang tidak banyak diminati kaum muda masa kini di Surabaya. Sebuah tempat yang tidak dimasukan dalam "objek yang wajib dikunjungi di Surabaya" oleh dinas Pariwisata. Meski tidak bagus tempatnya namun indah dilihat mata. Kumuh berjubel terlihat namun nyaman terasa. Bukankah hijau adalah warna yang nyaman dan menentramkan. Saat Persebaya bermain, tidak hanya lapangan, stadion akan berubah menjadi hijau. Emosi itu semakin terasa. maka datang sajalah dan nikmati...!

Dua gol tercipta sore itu untuk keunggulan Persebaya. Tidak sia-sia. Rp 15 ribu untuk satu gol yang kami lihat dari Tribun Utama plus kepuasan batin yang membuat kami bergelora hingga kos.

***
Bonek sendiri adalah akronim dari bondo nekat atau modal nekat dalam bahasa Indonesia. Sebutan ini dialamatkan kepada para pendukung Persebaya karena banyak cerita yang muncul dari ulah mereka. Bonek sendiri sangat identik dengan kekerasan, kerusuhan, naik kereta api gratis, semangat, dan kenekatan yang luar biasa. Hampir sama dengan suporter hooligan yang ada di Eropa. Menurut sebuah sumber, asal muasal kata bonek sendiri lahir dari surat kabar Jawa Pos di tahun 1989, begitu juga dengan logo bonek yang berupa seorang pria garang gondrong berteriak dengan ikat kepala mirip rambo yang katanya lahir dari koran ini. Entah benar atau tidak memang dibutuhkan penelusuran lebih lanjut.

Sebagai salah satu suporter fanatik, tentu saja Bonek memiliki kawan dan lawan. Salah satu lawan legendaris dari Bonek adalah Bobotoh Bandung pendukung Persib atau disebut juga The Viking. Salah satu analisis menarik malah dilontarkan bung Andreas Harsono –kalau saya tidak lupa- dalam blognya, bahwa permusuhan Bonek dan Bobotoh bisa dirunut sejarahnya sebagai permusuhan abadi antara Majapahit dan Pajajaran. Darah permusuhan itu memang menjadi sebuah kisah epik yang sangat masyhur selama berabad lamanya.Namun tampaknya mitos itu berakhir sejak Liga Indonesia diselenggarakan. Saat ini Bonek Persebaya dan Bobotoh Persib menjadi sebuah aliansi yang solid.

Salah satu cerita yang paling terkenal dari Bonek terjadi pada tahun 90an. Dimana saat itu ada sebuah pertandingan melawan Persija di Jakarta, tercatat ratusan ribu bonek datang berduyun-duyun ke Jakarta menggunakan ratusan armada bis yang dikoordinir oleh CEO Jawa Pos saat itu Pak Dahlan Iskan. Konon katanya, arak-arakan bis yang ditumpangi Bonek dari Surabaya menuju Jakarta saat itu adalah pawai bis paling panjang dan akbar di Indonesia hingga saat ini. Jakarta pun berubah menjadi lautan hijau. Para ’Arek’ (sebutan untuk perantau yang berasal dari Jawa Timur) di Jakarta pun menyambut kedatangan saudara-saudara mereka dengan sukacita. Pesta di jalanan pun diselenggarakan, dan selebihnya adalah sejarah.

Beberapa rujukan film yang patut ditonton adalah Green Street Hooligan yang dibintangi oleh Elijah Wood yang bercerita tentang kehidupan para suporter fanatik sepakbola yang rela tawuran dan ngaco demi timnya. Film apik lain yang bisa menjadi rujukan adalah film The Conductor yang mengisahkan kehidupan seorang Yuli 'Sumpil' konduktor lapangan dari Aremania yang mempu membuat ribuan orang bergerak dalam sebuah harmoni yang spontan dan menggelora.

***

Di tengah pertandingan situasi memanas saat masih saja ada Bonek mania melempar barang ke tenga lapangan karena kecewa pada wasit. Suporter Persitara yang hanya puluhan itu pun mengeluarkan yel-yelnya;

"...
Kami tidak suka rusuh
Rusuh itu tiada guna
Kita ini satu bangsa
Bangsa Indonesia
..."


Sumber:
wikipedia.com
google.com
http://bonek-suroboyo.blogspot.com/
http://bonex-cyber.web.id/


NB:
Gambar untuk kover kali ini diambil dari sebuah foto legendaris tentang bonek yang diambil oleh Solihudin, seorang wartawan Jawa Pos. Foto ini sempat menjadi salah satu pemenang dalam ajang World Press Photo, sebuah event fotojurnalisme paling prestise di dunia.

Catatan perjalanan Emal yang lain dapat anda temukan di blog pribadinya; http://bizesha.blogspot.com/

Liputan ini turut memperkaya tema Surabaya Heritage Trip, sebuah program dokumen
tasi kota oleh Hifatlobrain. Anda pun bisa berperan!

1 komentar:

sacharosa said...

Syiip... Syiip... Keren...
gitu lah sekali-kali nulis tentang sport.
Kayaknya bukan cuma pertama kali datang ke stadion, tapi juga pertama kali nonton sepak bola...

Surabaya Heritage Trip

Surabaya Heritage Trip
Ini adalah sebuah program city trip documentary dari Hifatlobrain. Anda pun bisa berkontribusi!

WelkamSedaya

Selamat datang di Hifatlobrain. Blog ini bukanlah travel guide, jadi sangat susah bagi Anda untuk menemukan entry seperti How To Get There, Where To Stay dan Where To Eat untuk sebuah destinasi. Yang kami tawarkan adalah sebuah Travel Experience, sebuah cara pandang baru bagi para pecinta jejalan. Selamat Menikmati.

Editor-In-Chief

Associate Editor

Associate Editor
Winda Savitri, seorang pejalan. Menyukai nasi bebek dan game zombie.

Honorable Contributor

Honorable Contributor
.

Rabu, 04 Agustus 2010

baju bonek mania






Besar Kecil Normal Gugatan Disidangkan, Persebaya Minta Tanding Ulang Batal

TEMPO Interaktif, Surabaya - Alasan Persebaya Surabaya untuk tidak tanding ulang melawan Persik Kediri dalam Indonesia Super League pada Kamis (5/8) mendatang makin kuat. Sebab pada hari yang sama Pengadiln Negeri Jakarta Selatan dijadwalkan menggelar sidang pertama gugatan perdata Persebaya atas Surat Keputusan Komisi Banding PSSI.

"Surat pemberitahuan sidangnya sudah kami terima pekan kemarin," kata kuasa hukum Persebaya, Muhammad Sholeh, Minggu (1/8).

Sebelumnya, Komisi Banding menganulir keputusan Komisi Disiplin yang telah memberikan kemenangan WO Persebaya atas Persik Kediri karena dinilai gagal menggelar pertandingan pada 29 April lalu. Konsekuensi dari penganuliran itu Komisi Banding mengharuskan Persebaya bertarung ulang melawan Persik di Stadion Brawijya Kediri pada Kamis mendatang.
Menurut Sholeh, dalam klausul peraturan di PSSI telah disebutkan bahwa keputusan Komisi Disiplin tidak bisa dibanding. Selain itu, banding Persik juga dianggap tidak sah karena didaftarkan sepuluh hari setelah keputusan Komisi Disiplin keluar. "Banding Persik kedaluwarsa karena waktunya mengajukan banding maksimal tiga hari," kata dia.

Sholeh menyatakan, PT Liga Indonesia tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk menggelar laga ulang tersebut mengingat kasusnya sedang bergulir di ranah hukum. "Sebelum ada kekuatan hukum tetap, PSSI tidak bisa memaksakan pelaksanaan tanding ulang," imbuh Sholeh.

Dia menambahkan, konsekuensi dari proses hukum itu adalah dibutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk menunggu selesainya sidang. Dalam sidang nanti Sholeh dan tim kuasa hukum juga akan meminta majelis hakim agar memfasilitasi pembatalan tanding ulang itu sebelum ada keputusan yang berkekuatan hukum tetap.

"Hakim harus membatalkan dulu surat PSSI tentang tanding ulang 5 Agustus itu," kata dia.

Sholeh membantah dirinya sengaja mengulur-ulur waktu agar Persebaya tidak jadi berangkat ke Kediri. Menurut dia, pemain Persebaya sebenarnya telah siap tempur di manapun dan kapanpun laga itu digelar. Tapi, kata dia, ada ketidakadilan dan cacat hukum dalam keputusan Komisi Disiplin yang harus disikapi Persebaya.

"Kami hanya mencari keadilan atas keputusan PSSI yang sewang-wenang," kata advokat muda itu.

KUKUH S WIBOWO