Jumat, 31 Desember 2010

VIDEO BONEK

video persebaya & bonek

didukung oleh

Kisah Para Bonek Pertaruhkan Nyawa

Kisah Para Bonek Pertaruhkan Nyawa
Ilustrasi (Foto: Koran SI)

SURABAYA - Bondho Nekat, inilah akronim yang disandarkan bagi para suporter Persebaya Surabaya. Dari namanya saja sudah ada kata “nekat”, maka wajar saja jika apapun dilakukan agar bisa menyaksikan tim mereka bertanding. Bahkan nyawa siap dipertaruhkan.


Seperti dituturkan Reza Wilianto, bonek yang mengaku hanya memegang Rp100 ribu di kantong untuk pergi ke Bandung.

Siswa kelas 3 sebuah SMP swasta di Surabaya itu mengaku mengalami pengalaman tak terlupakan karena kereta api yang dinaiki rombongannya diserang sekumpulan massa di daerah Solo Jawa Tengah.

Petualangan Reza dimulai pada Kamis, 21 Januari lalu. Reza bersama kakaknya Erwin Wilianto (24) memutuskan ikut bergabung dengan bonek lainnya ke Bandung. Dari rumahnya di sekitar Wonokromo, Surabaya, Reza, Erwin, dan sekira sembilan orang Bonek di kampungnya berangkat menuju ke Stasiun Pasar Turi Surabaya sekira pukul 21.00 WIB.

Dasar bonek, untuk menuju stasiun pun rombongan Reza tidak mau keluar uang. Mereka lebih memilih untuk nggandhol (menumpang) mobil-mobil bak terbuka atau truk yang menuju ke arah Stasiun Pasar Turi. Bukannya tak punya uang, Reza sebenarnya dibekali orangtuanya uang Rp100 ribu.



Namun apa artinya uang sebesar itu dibandingkan dengan ongkos perjalanan ke Bandung dan akomodasinya. Apalagi sudah menjadi trade mark bagi bonek untuk selalu nggandhol beramai-ramai saat akan menuju stadion.

Sampai di Stasiun Pasar Turi, ternyata sudah ada ribuan bonek lain.
“Kami masuk begitu saja karena penjagaan tidak ketat. Apalagi sudah banyak bonek lainnya yang sudah menunggu di Stasiun Pasar Turi,” ungkap Reza yang ditemui di sekitar Stadion Gelora Sepuluh Nopember Tambaksari Surabaya, Selasa (26/01/2010).


Setelah sekian lama menunggu, pukul 03.30 WIB KA Pasundan mengangkut rombongan menuju Bandung. Para bonek ini tak dipungut biaya. Seingat Reza, jika tak salah hitung ada sekira 12 gerbong yang terangkai pada saat itu. Semuanya terisi penuh oleh bonek. Tak hanya dalam gerbong, tapi juga meluber di atap-atap gerbong.


“Penumpang umum lainnya sampai membatalkan berangkat karena ada rombongan bonek. Saat berangkat saya berada di atap kereta,” tuturnya.


Kebetulan kereta Pasundan yang dinaiki Reza ini melewati jalur selatan seperti Madiun, Solo Yogyakarta dan kota-kota lainnya. Awalnya perjalanan aman-aman saja. Namun saat mendekati Solo, para penumpang yang berada di atap disuruh turun oleh polisi.


“Ternyata mau masuk Solo kami diserang oleh suporter Pasopati. Padahal kami tidak ada persiapan karena sebelum masuk kereta sudah digeledahi sama polisi,” ujar Reza.


Akhirnya prak, prak, prak suara hantaman batu membentur gerbong dan kaca terdengar bersahut-sahutan. “Kurang lebih selama setengah jam kami menerima. Kami hanya tiarap di dalam gerbong tanpa bisa membalas,” ujarnya.


Selepas Solo saat memasuki Sleman, mereka merasa aman karena lemparan batu sudah berhenti.


Tiba di Bandung Jumat malam, suasana relatif tenang. Tidak ada kerusuhan yang dilakukan para Bonek maupun pendukung Persib Bandung yang dikenal Bobotoh.


Usai pertandingan, sebagian Bonek langsung pulang ke Surabaya. Yang membedakan dengan berangkat, kepulangan merela dilakukan secara bergelombang. Kebetulan Reza menumpang Kereta Luar Biasa gelombang pertama yang disediakan khusus bagi para Bonek.


Dia menuturkan untuk yang satu ini, sama dengan saat berangkat. Para Bonek mendapat sambutan berupa lemparan batu di beberapa lokasi. Bahkan saat kereta memasuki wilayah Jawa Timur yang nota bene wilayah mereka pun, warga masih melempari batu.


Menurut Reza, kelompoknya dilempari batu sejak memasuki wilayah Solo, Jawa Tengah. “Bahkan kali ini, serangan itu lebih lama dibandingkan saat berangkat,” kisahnya.


Mereka pun hanya bisa pasrah. Tak hanya itu, sebelum masuk ke dalam kereta, polisi merazia barang bawaan sehingga mereka tidak bisa membalas lemparan batu. “Kami tidak bisa balas hanya bisa tiarap di dalam gerbong,” ujar Reza.


Reza menuturkan dalam gerbong salah satu penumpang yang dikenalnya, Cak Romli mengalami bocor di kepala saat kereta melintas di Solo. “Kami hanya diam saja tidak bisa membantu,” kisahnya.


Sesampainya di Madiun Romli baru mendapatkan perawatan. Dia terpaksa ditinggal dan ikut gelombang berikut yang di belakangnya.

Menurut Pembina Suporter Surabaya (YSS), ada tiga Bonek yang tewas selama perjalanan berangkat dan pulang dari Bandung. Ketiganya bukan tewas karena bentrokan, namun jatuh dari kereta api. Satu di antaranya tewas saat berangkat dan dua lainnya saat pulang. Korban pertama jatuh di daerah Nganjuk, Jawa Timur. Sementara yang lain di daerah Banyumas, Jawa Tengah.

YSS juga mencatat Bonek yang mengalami luka-luka akibat lemparan batu mencapai 64 orang. Para korban luka itu dirawat di RSUD Dr Mawardi Solo, RS Bethesda Yogyakarta, dan RSU dr Soetomo Surabaya.

Tak hanya itu, YSS juga mencatat Bonek yang belum kembali ke rumahnya. Hingga kemarin YSS mencatat 16 orang yang belum jelas nasibnya.

(ton)

Kamis, 30 Desember 2010

iklan

Kartu As Nelpon Rp. 0 + Gratis 5000 SMS + Gratis Facebook & Chatting

Senin, 29 November 2010

SELAMAT DATANG DI BLOG BONEK MANIA PERSEBAYA


SELAMAT DATANG DI BLOG BONEK MANIA PERSEBAYA


PERSEBAYA WALAUPUN KALIAN degradasi JANGAN PANTANG MENYERAH MAJU TERUS PERSEBAYA

bergabunglah grup di facebook :
PERSEBAYA SURABAYA fans club
BONEK MANIA

Selasa, 16 November 2010

Daftar Pemain Persip

Daftar Pemain Persip

oleh DIMAS pada 08 Oktober 2010 jam 23:44

Pemain Laskar Kalong 2010

1.Nama : Nurul Subkhi, TTL : Pekalongan, 8-Jun-1986, Klub asal : Persibat Batang, Posisi : Penjaga Gawang

2.Nama : Sanam, TTL : Bekasi, 19-Mei-1989, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Penjaga Gawang

3.Nama : Sodikin, TTL : Tegal, 19-Jul-1972, Klub asal : Klub asal: Persip Pekalongan, Posisi : Penjaga Gawang

4.Nama : Didi Rochandi, TTL : Pekalongan, 18-Apr-1988, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Belakang

5.Nama : Drajad Hadi Wibowo, TTL : Grobogan, 19-Nop-1988, Klub asal : Persekab Kab. Pekalongan, Posisi : Belakang

6.Nama : Agung Prasetyo, TTL : Semarang, 23-Okt-1988, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Belakang

7.Nama : Wasiyanto, TTL : Bojonegoro, 5-Jul-1975, Klub asal : PSBL Lampung, Posisi : Belakang

8.Nama : Sugiat, TTL : Banyumas, 18-Jun-1981, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Belakang

9.Nama : Yuli Fitra Ariyanto, TTL : Sukoharjo, 8-Feb-1985, Klub asal : PSSA Asahan, Posisi : Belakang

10.Nama : Jadi Wido Dodo Mulyono, TTL : Sukoharjo, 26-Okt-1981, Klub asal : PSSA Asahan, Posisi : Belakang

11.Nama : Muntarno, TTL : Purwodadi, 11-Jul-1986, Klub asal : Persibat Batang, Posisi : Belakang

12.Nama : Sukodir, TTL : Pekalongan, 23-Feb-1981, Klub asal : Bank Sumsel, Posisi : Tengah

13.Nama : Dodik Dwi Haryono, TTL : Semarang, 30-Mar-1986, Klub asal : PSCS Cilacap, Posisi : Tengah

14.Nama : Dwi Priyo Utomo, TTL : Demak, 27-Feb-1978, Klub asal : Perseman Manokwari, Posisi : Tengah

15.Nama : Dodi Fauzi, TTL : Semarang, Klub asal : Diklat Salatiga, Posisi : Tengah

16.Nama : Muslimin, TTL : Pekalongan, 3-Mei-1987, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Tengah

17.Nama : Wahyudi, TTL : Batang, 30-Apr-1988, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Tengah

18.Nama : Mochamad Riyadi, TTL : Pekalongan, 3-Mei-1989, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Tengah

19.Nama : Windi Andriyanto, TTL : Lampung, 27-Okt-1986, Klub asal : Bank Sumsel, Posisi : Tengah

20.Nama : Mukhamat Fatih, TTL : Pekalongan, 28-Sep-1988, Klub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Depan

21.Nama : Nur Coyo, TTL : Pekalongan, 26-Sep-1985, Klub asal : Bank Sumsel, Posisi : Depan

22.Nama : Suroso, TTL : MojokertoKlub asal : Persip Pekalongan, Posisi : Depan

23.Nama : Rozikin, TTL : Batang, 1-Jan-1988, Klub asal : Persip Pekalongan Posisi : Depan

24.Nama : Taryono, TTL : Wonogiri, 7-Mar-1985, Klub asal : PSCS Cilacap Posisi : Depan

Senin, 15 November 2010

Persip Vs Medan Jaya Ricuh

Persip Vs Medan Jaya Ricuh

Laga Persip Pekalongan melawan Madina Medan Jaya dalam putaran kedua Divisi I Grup B di Stadion Bumi Phala, kemarin, berlangsung ricuh. Akibatnya, wasit Masrukin dari Malang dibawa ke rumah sakit lantaran patah tulang iga. Lima kartu merah pun keluar sekaligus bagi pemain Medan Jaya. Pertandingan akhirnya dinyatakan selesai pada menit ke-52 dalam kedudukan 1-0 bagi Persip. Tensi mulai memanas setelah gol Persip tercipta menit 15 melalui tendangan jarak jauh Sukodir. Medan Jaya yang tertinggal satu gol kemudian menerapkan permainan keras menjurus kasar.


Laga sempat dihentikan pada pertengahan babak pertama lantaran kericuhan di tengah lapangan. Seorang pemain Medan Jaya dengan sengaja menendang kaki lawannya yang jatuh tersungkur. Situasi itu memicu keributan antarpemain. Ofisial kedua tim, panpel pertandingan, dan aparat keamanan pun masuk lapangan untuk melerai.


Wasit Masrukin kemudian melanjutkan kembali. Giliran pemain Persip yang dengan sengaja menggaet kaki lawannya setelah bola yang dikuasainya lepas. Kenakalan tersebut memicu kemarahan pemain Medan Jaya. Mereka pun membalas dengan menebas para pemain Persip yang membawa bola.


Adegan mirip pertarungan kungfu itu berulang kali diperagakan para pemain kedua tim. Puncak kericuhan terjadi tujuh menit setelah jeda. Ofisial dan personel Medan Jaya memburu wasit Masrukin lantaran memutuskan terjadinya pelanggaran keras. Keputusan itu rupanya tak diterima kubu dari Sumut tersebut. Aparat berupaya melindungi Masrukin. Malang bagi dia, pemain cadangan Medan Jaya Rico Simanjuntak bisa menendang bagian belakang tubuhnya.


Wasit cadangan Munadi yang menggantikan Masrukin memberikan lima kartu merah sekaligus. Masingmasing diterima Tri Dinda Febriansyah, Aldino Herdianto, Ardan, Rifki Syarial, dan Rico dari Medan Jaya. Hasil akhir pertandingan ini Persip Pekalongan Menang WO dengan skor 4-0.


Selasa, 02 November 2010

PERSIP VS MEDAN JAYA RICUH


Laga Persip Pekalongan melawan Madina Medan Jaya dalam putaran kedua Divisi I Grup B di Stadion Bumi Phala, kemarin, berlangsung ricuh. Akibatnya, wasit Masrukin dari Malang dibawa ke rumah sakit lantaran patah tulang iga. Lima kartu merah pun keluar sekaligus bagi pemain Medan Jaya. Pertandingan akhirnya dinyatakan selesai pada menit ke-52 dalam kedudukan 1-0 bagi Persip. Tensi mulai memanas setelah gol Persip tercipta menit 15 melalui tendangan jarak jauh Sukodir. Medan Jaya yang tertinggal satu gol kemudian menerapkan permainan keras menjurus kasar.


Laga sempat dihentikan pada pertengahan babak pertama lantaran kericuhan di tengah lapangan. Seorang pemain Medan Jaya dengan sengaja menendang kaki lawannya yang jatuh tersungkur. Situasi itu memicu keributan antarpemain. Ofisial kedua tim, panpel pertandingan, dan aparat keamanan pun masuk lapangan untuk melerai.


Wasit Masrukin kemudian melanjutkan kembali. Giliran pemain Persip yang dengan sengaja menggaet kaki lawannya setelah bola yang dikuasainya lepas. Kenakalan tersebut memicu kemarahan pemain Medan Jaya. Mereka pun membalas dengan menebas para pemain Persip yang membawa bola.


Adegan mirip pertarungan kungfu itu berulang kali diperagakan para pemain kedua tim. Puncak kericuhan terjadi tujuh menit setelah jeda. Ofisial dan personel Medan Jaya memburu wasit Masrukin lantaran memutuskan terjadinya pelanggaran keras. Keputusan itu rupanya tak diterima kubu dari Sumut tersebut. Aparat berupaya melindungi Masrukin. Malang bagi dia, pemain cadangan Medan Jaya Rico Simanjuntak bisa menendang bagian belakang tubuhnya.


Wasit cadangan Munadi yang menggantikan Masrukin memberikan lima kartu merah sekaligus. Masingmasing diterima Tri Dinda Febriansyah, Aldino Herdianto, Ardan, Rifki Syarial, dan Rico dari Medan Jaya. Hasil akhir pertandingan ini Persip Pekalongan Menang WO dengan skor 4-0.


T-Forever.

Sabtu, 25 September 2010

kabar bonek

Jumat, 16 Juli 2010

Bonek Bergerak ke Palembang

Kamis, 15 Juli 2010 20:00:14 WIB
Reporter : Oryza A. Wirawan

Surabaya (beritajatim.com) - Mendukung tim di saat juara itu hal biasa. Tapi tak gentar mendukung tim di saat terpuruk, itu baru luar biasa. Dan itulah yang ditunjukkan oleh Bonek, suporter Persebaya Surabaya, menjelang laga Tim Bajul Ijo di kandang Sriwijaya FC, Jumat (16/7/2010).

Informasi yang diterima beritajatim.com, Bonek dari berbagai kelompok mulai bergerak ke Palembang, baik yang terkoordinasi maupun tidak. Ini sama seperti saat Persebaya dalam posisi kritis bertandang ke Bontang, melawan Bontang FC di Liga Super. Para Bonek Jakarta nekat berangkat bersandal jepit ke Kalimantan dengan pesawat, untuk memberikan dukungan kepada Andik Vermansyah dan kawan-kawan.

[+/-] Selengkapnya...

Rudy Keeltjes: Asal Tidak Kalah

Jum'at, 16 Juli 2010 11:30:45 WIB
Reporter : M. Syafaruddin

Surabaya (beritajatim.com) - Menjelang pertandingan lawan Sriwijaya FC dalam babak 8 besar Piala Indonesia, Jumat (16/7/2010) nanti sore, skuad Persebaya Surabaya kedatangan tamu istimewa, yakni manajer I Gede Widiade. Gede bakal menemani Bajul Ijo saat berlaga di stadion Gelora Jaka Baring. Mereka pun optimis bisa mencuri gol dari Laskar Wong Kito.

Kehadiran pria yang berprofesi sebagai pengacara ini seolah menjadi obat penyemangat bagi Andik Vermansyah cs. Hal itulah yang diakui pelatih Persebaya, Rudy William Keeltjes. Meski tidak menjanjikan bakal mengucurkan bonus, tapi menurut Rudy kehadiran Gede sangat bermanfaat untuk meningkatkan motivasi timnya.

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 25 Mei 2010

Tur Borneo, Persebaya Nekat Boyong Anang-Tarkpor

Senin, 24 Mei 2010 18:42:58 WIB
Reporter : M. Syafaruddin

Surabaya (beritajatim.com) - Rombongan Persebaya Surabaya bertolak ke Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (24/5/2010) malam ini. Dari 20 pemain yang dibawa ke Kaltim, pelatih Rudy William Keeltjes menyertakan dua nama, yakni John Tarkpor dan Anang Ma'ruf.

Padahal dua pemain ini baru saja sembuh dari cedera. Menurut Rudy, meski belum 100 persen sembuh, namun ia terpaksa membawa Anang dan Tarkpor. Sebab dua pelapisnya, Jeon Byung Euk dan Satrio Syam tidak bisa main. Jeon mengalami cedera, sedangkan satrio akumulasi kartu kuning. "Keduanya sudah ikut latihan. Tapi tidak tahu apakah turun atau tidak, tergantung kondisi terakhir besok," kata Rudy.

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 10 Maret 2010

Selamat Tinggal Piala Dunia Indonesia 2022

VIVAnews - Usaha Indonesia untuk menjadi calon tuan rumah Piala Dunia 2022 kandas di tengah jalan. FIFA telah mencoret Indonesia sebagai salah satu kandidat yang sebelumnya bersaing dengan sepuluh kandidat lainnya.

"Saya sudah mendengar hal ini tapi belum mendapatkan surat resmi dari FIFA. Biasanya dua hari setelah keputusan suratnya baru kita terima," kata Sekretaris Jenderal PSSI Nugraha Besoes ketika dihubungi VIVAnews, Rabu, 10 Maret 2010.

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 09 Maret 2010

Tim Anyar Persebaya Terbentuk

Selasa, 09 Maret 2010 07:19:34 WIB
Reporter : M. Syafaruddin

Surabaya (beritajatim.com) - Melihat hasil uji coba, Senin (8/3/2010) lawan PS Fajar dan Surabaya Muda (SM) nampaknya skuad anyar Persebaya usai pencoretan tiga pemain asing sudah terlihat. Diantara tiga nama baru dua diantaranya kemungkinan menjadi pemain inti.

Dua pemain itu adalah Patricio Morales dan Juan Marcelo Cirelli. Pato - sapaan Patricio - nampak klop dengan striker utama Bajul Ijo, Andi Oddang. Pada pertandingan kemarin sore, tiga dari empat gol saat melawan PS Fajar disumbangkan dua pemain ini.

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 13 September 2010

Kedatangan Markus Horison ke Persib Bandung

Kedatangan Markus Horison ke Persib Bandung


P enjaga gawang tim nasional, Markus Horison, menyatakan bergabung dengan klub sebesar Persib Bandung menjadi kebanggaan tersendiri baginya setelah terdepak dari Arema Indonesia. Ia pun menyatakan kesiapannya membela Persib dan dijadwalkan hari ini menandatangani kontrak dengan manajemen Maung Bandung.

"Saya sudah pasti bergabung dengan Persib. Ini merupakan tantangan baru sekaligus kebanggaan. Saya siap memberikan kemampuan terbaik kepada Persib," katanya. Momentum kedatangan Markus ke Persib memang pas. Setelah mengundurkan diri dari Singo Udan karena berselisih dengan pelatih Arema, Robert Rene Albert, pemain dengan ciri khas kepala plontos itu harus segera mencari klub baru. Kebetulan, penjaga gawang utama Persib, Sinthaweechai Ha-thairattanakool, akan kembali ke Thailand karena masa pinjamannya dengan klub asalnya, Choinbury, akan berakhir pada 20 Februari 2010.

Markus mengakui akan menjadi tantangan tersendiri baginya untuk menggantikan Sinthaweechai, yang sangat diidolakan publik Bandung. Namun, sebagai penjaga gawang tim nasional, Markus juga menegaskan tidak akan ada masalah baginya untuk menjawab tantangan itu. "Saya siap menggantikan Sinthaweechai, akan saya tunjukkan bahwa saya juga bisa mendapat simpati pendukung Persib,"kata Markus.

Persib, menurut Markus, merupakan klub yang paling serius untuk mendapatkahnya. Karena itu, ia berjanji akan memberikan kemampuan terbaik untuk Maung sejak pertama kali bergabung. Pemain berusia 25 tahun ini juga menegaskan tidak akan mengalami masalah adaptasi meski putaran kedua sudah bergulir. Banyaknya pemain nasional yang menghuni Persib, menurut Markus, akan sangat membantunya dalam beradaptasi.

"Di sana ada Maman (Abdurachman), Nova (Ariyanto), Eka (Ramdhani), juga Hariono. Kami selama ini berlatih di tim nasional. Jadi tidak akan masalah dalam adaptasi," ujarnya. Meski sudah memastikan akan berbaju Persib, Markus enggan menyebutkan nilai kontraknya.

Asal Mula Perseteruan Viking vs The jack

Asal Mula Perseteruan Viking vs The jack


Banyak yang tidak tahu dan bertanya, bagaimana sebenarnya permusuhan Viking dengan the jak bermula. Mengapa timbul rasa benci dalam benak masing-masing dari mereka. Hingga kini, keduanya masih saja berseteru. Bahkan semakin meruncing.

Penyebabnya sepele dan manusiawi, rasa iri. Iri hati dan sirik inilah yang membuat keduanya bermusuhan. Rentang waktu 1985 hingga 1995 adalah masa keemasan Persib. Sementara Viking yang berdiri tahun 1993 begitu setia mendukung klub kebanggaan warga Jawa Barat itu. Dimanapun Persib bermain, disana pasti ada Viking. Termasuk jika bermain di Jakarta. Semua menjadi lautan biru.

Inilah yang membuat anak muda ibukota iri. Selain kejayaan Persib kala itu, kesetiaan Viking membuat hati mereka panas. Saat itu muda-mudi betawi baru mampu membentuk kolompok kecil bernama Persija Fans Club. Walaupun begitu, kebesarkepalaan mereka sudah sangat menjadi. Hingga terjadilah insiden di stadion Menteng. Saat Persija menjamu Maung Bandung pada Liga Indonesia ke-2. Viking membirukan Ibukota dengan sekitar 9000 anggotanya. Sementara Persija Fans Club hanya berjumlah tak lebih dari 1000 orang. Rupanya bocah-bocah betawi itu tak rela kandangnya dikuasai supporter kota lain. Mereka pun membuat ulah. Seakan lupa jumlah mereka tak lebih dari 10% anak-anak Bandung. Hingga akhirnya, mereka mendapatkan akibatnya. Dengan kuantitas yang hanya satu tribun VIP, lemparan batu diarahkan Viking pada lokasi mereka menonton. Dan itu dilakukan Viking di Jakarta. Hal yang tidak berani dilakukan bocah Jakarta di Kota Kembang.

Singkat cerita, pada tahun 1997, muda-mudi ibukota ikut-ikutan membentuk perkumpulan supporter. Mereka menamakannya the jakmania.

Kebodohan the jak terekspos keseluruh negeri ketika mereka tak berdaya menghadapi Viking dalam kuis Siapa Berani. Kuis yang menguji wawasan dan kemampuan berpikir. Itu merupakan edisi khusus kuis Siapa Berani, edisi supporter sepak bola. Menghadirkan Viking, the jak, Pasoepati (Solo), Aremania, dan ASI (Asosiasi Suporter Indonesia). Pemenangnya, Viking. Perwakilan Viking berhasil melewati babak bonus dan berhak atas uang tunai 10 juta rupiah.

Seperti biasanya, rasa iri dari the jak muncul. Malu dikalahkan di kotanya sendiri, ketua the jak saat itu, Ferry Indra Syarif memukul Ali, seorang Viker yang menjadi pemenang kuis. Sungguh perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang ketua. Ketuanya saja begitu, apalagi anak buahnya?

Kejadian itu terjadi di kantin Indosiar, ketika dilangsungkannya acara pemberian hadiah. Kontan keributan sempat terjadi, namun berhasil diatasi.

Kesirikan the jak tak sampai disitu. Mereka menghadang rombongan Viking dalam perjalanan pulang menuju Bandung, tepatnya di pintu tol Tomang. Anak-anak Bandung yang berjumlah 60 orang pulang dengan menggunakan dua mobil Mitsubishi Colt milik Indosiar dan satu mobil Dalmas milik kepolisian. Ketiga mobil ini dihadang sebuah Carry abu-abu. Dua lolos, namun nahas bagi salah satu Mitsubishi Colt yang ditumpangi para anggota Viking. Mobil itu terperangkap gerombolan the jak. Kontan, mobil dirusak, Viking disiksa, dan uang para pendukung pangeran biru itu pun dijarah. Termasuk handphone dan dompet mereka.

Tercatat sembilan anggota Viking mengalami luka-luka. Tiga diantaranya terluka parah. Namun sayang, pihak kepolisian lamban dalam menyelesaikan kasus ini. Termasuk dalam menangkap the jak yang merampok dan menganiaya anggota Viking Persib Club.

Hingga saat ini perseteruan kedua kelompok supporter itu masih terus berlanjut. Viking, yang bersahabat karib dengan klub penggemar sepak bola lainnya ( Bonek, Sakera, Blue Devil, The Lobster, Persikmania, Kampak FC,dll. ) tidak akan pernah berbesar kepala. Viking akan menjaga persahabatan itu sampai kapanpun. Persija pun iri dan ingin menggoyahkan persahabatan ini. Tapi Persija tidak berhasil. Sampai kapanpun kita akan satu...olisian lamban dalam menyelesaikan kasus ini. Termasuk dalam menangkap the jak yang merampok dan menganiaya anggota Viking Persib Club.

Sejarah PERSIB Bandung

Sejarah PERSIB Bandung


Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot. Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta. Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta. BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi. Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis. Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua". VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG. Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan sepakbola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung. Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai. Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun. Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta. Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi. Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950-an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame. Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985. Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76. Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama. Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.

Awal mula persahabatan Viking dan Bonek

Awal mula persahabatan Viking dan Bonek

Melihat sejarah, VIKING dan BONEK adalah pendukung sejati dari klub perserikatan yang sudah menjadi musuh bebuyutan dari sejak jaman perserikatan, yaitu PERSIB dan PERSEBAYA. Dilihat dari kacamata awam, tidak mungkin pendukung sejati yang berani mati demi mendukung timnya bisa bersahabat bahkan bersaudara dengan pendukung sejati yang sama-sama berani mati demi mendukung tim musuh bebuyutan. Tetapi ternyata VIKING dan BONEK membuktikan bahwa mereka bisa. Persaudaraan mereka dilandasi perasaan senasib dimana mereka selalu dijadikan bahan hujatan dan pendiskreditan dari masyarakat sepakbola nasional. Bahkan pers nasional pun paling senang apabila ada kerusuhan di partai yang melibatkan PERSIB atau PERSEBAYA karena bisa dijadikan headline dan sudah jelas pihak mana yang akan disalahkan.

Sejak dulu VIKING dan BONEK diidentikkan dengan kerusuhan. Istilahnya dimana ada pertandingan yang ditonton oleh VIKING atau BONEK maka akan terjadi kerusuhan. Hal-hal jelek dan bersifat mendiskreditkan itulah yang lebih sering diekspos oleh media massa nasional. Padahal tidak semua kegiatan atau kelakuan VIKING dan BONEK berujung pada kerusuhan. Dan tidak semua kerusuhan itu diakibatkan oleh mereka. Mereka hanyalah kaum tertindas yang selalu dipersalahkan karena dosa-dosa di masa lalu. Sangat jarang sekali (atau bahkan tidak pernah?) media massa nasional memberitakan kegiatan positif yang VIKING atau BONEK lakukan. Sangat jauh berbeda dengan pemberitaan media massa nasional tentang pendukung tim lain. Ketika terjadi kerusuhan yang melibatkan mereka hanya ditulis sedikit (atau bahkan tidak ditulis sama sekali?) dan ditutupi dengan kata-kata “oknum yang mengatasnamakan pendukung…”. What a bullshit! Sedangkan ketika melakukan kegiatan positif, media massa nasional langsung memberitakan secara besar-besaran, sebesar berita kerusuhan yang melibatkan VIKING atau BONEK. Bahkan saking terlalu seringnya pemberitaan yang memojokkan VIKING sebagai bobotoh PERSIB, bobotoh lain yang bukan anggota VIKINGpun menjadi antipati terhadap media massa nasional. Sampai ada jargon di kalangan bobotoh bahwa “PERSIB besar bukan karena pemberitaan media massa nasional, PERSIB besar karena bobotoh dan prestasi. PERSIB dan bobotoh tidak membutuhkan media massa nasional untuk menjadi besar. Media massa nasional-lah yang membutuhkan PERSIB untuk menjadi besar dan terkenal”.

Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu penyebab munculnya perasaan senasib dan berkembang menjadi ikatan persaudaraan, selain tentunya kerusuhan di Jakarta dimana BONEK yang hendak mendukung PERSEBAYA di Senayan diserang oleh sepasukan organisasi masyarakat (?), yang tidak usah saya sebutkan disini karena semua juga sudah tau, dan kemudian diselamatkan oleh beberapa bobotoh (anggota VIKING) yang kebetulan sedang ada disana. Juga ketika PERSIB melawat ke Surabaya, dimana anggota VIKING yang mendukung PERSIB di sana dijamu sangat baik oleh BONEK. Demikian pula ketika PERSEBAYA yang bertanding di Bandung, giliran BONEK yang dijamu sangat baik oleh VIKING.
Indahnya persaudaraan diantara dua kubu suporter TERBESAR di Indonesia itu. Jadi saat ini BONEK bukan hanya berarti BONDO NEKAT, tapi bisa juga berarti BOBOTOH NEKAD.
Karena VIKING atau BONEK sama saja!

Minggu, 12 September 2010

Lagu Special Dari Bonek Buat Om Nurdin - Laga Charity Game di GBT

Rasanya terhibur sekali kemarin dengerin Bonek bernyanyi-nyanyi dengan riang gembira di ajang Charity Game antara Garuda Merah vs Garuda Putih. Salut deh buat Bonek, Lebih baik melampiaskan emosi dengan bernyanyi penuh riang gembira, daripada dengan kekerasan. Selamat buat Om Nurdin sudah dapat kado spesial dari Bonek. Selamat Bernyanyi Kawan :



yel yel


Aku Punya Anjing Kecil
Ku Beri Nama Nurdin
Dia senang Berlari-Lari
Sambil Bernyanyi-Nyanyi

Nurdin Jancuk
Nurdin Jancuk
Nurdin Mbokne Ancuk

[Baca Selengkapnya]...
DI BLOG ;bonekmaniapersebaya.blogspot.com


Bukti Kebiadaban PSSI Pimpinan Napi Nurdin Halid. Persebaya Di nyatakan Kalah WO


| 5 Tulis Komentar »

Persebaya akhirnya di nyatakan kalah WO, Persebaya yang seharusnya menghadapi Persik di Stadion Jakabaring, Palembang, Minggu (8/8/2010), menolak bertanding dengan tidak datang ke kota Palembang.

Berikut kronologis dari awal permasalahan antara Persik vs Persebaya :

  • Tgl 29 April 2010 Kubu Persik Kediri gagal menggelar pertandingan home (kandang) melawan Persebaya karena alasan tidak mendapatkan ijin dari pihak keamanan.
  • Tgl 6 Mei 2010, Selanjutnya PSSI memindahkan laga ini di Yogjakarta, Persebaya hadir di lapangan, sementara kubu persik tidak hadir di lapangan. Akhirnya tgl 7 Mei 2010,, Komisi Disiplin PSSI mengeluarkan surat keputusan nomor 74/Kep/KD/ISL/II/V-10, bahwa menjatuhkan hukuman terhadap Persik kalah walkover (WO) dan denda sebesar Rp 25 juta terhadap Persik.Sanksi berdasarkan aturan Manual Liga Indonesia pasal 26 ayat 6, bahwa klub yang tidak melaksanakan pertandingan sesuai dengan jadwal dinyatakan kalah 0-3 serta pengurangan poin dan sanksi dari Badan Peradilan PSSI. (Hukuman sama dijatuhkan ke Persija karena gagal menggelar laga melawan Persiwa Wamena)
  • Persik Kediri Mengajukan Banding ke Komisi Banding PSSI dan Tgl 7 Juni 2010, Komisi Disiplin PSSI kembali menjatuhkan denda Rp 25 juta karena mengajukan banding ke Komisi Banding PSSI. (Merujuk Kode Disiplin PSSI Pasal 127, bahwa klub yang terkena denda di bawah Rp 50 juta dan sanksi dilarang bermain kurang dari tiga pertandingan tidak bisa mengajukan banding).
  • ANEHNYA -> Komisi Banding merekomendasi PT ISL menggelar tanding ulang Persik vs Persebaya untuk berebut tiket play off melalui surat keputusan nomor 6/Kep/KB/ISL/II/V-10. (Keputusan itu baru ekspose atau diterima Persebaya tertanggal 16 Juli 2010. Dan di putuskan tanding ulang di kediri 5 Agustus 2010.
  • 3 Agustus 2010, Polda Jatim melarang partai Persik lawan Persebaya di Kediri, larangan pertandingan ini pun akhirnya di teruskan ke Polres dan Panpel Persik. Pertandingan pun di nyatakan Gagal di gelar. Tapi anehnya Persik tetap ngotot datang ke stadion Brawijaya. Sementara kubu persebaya yg sebelumnya bersiap ke kediri mengurungkan datang karena larangan dari Polda Jatim.
  • 5 Agustus 2010, Begitu pertandingan di batalkan, PSSI masih ngotot bahwa Partai Persik vs Persebaya harus tetap di gelar. Akhirnya dipilih Palembang sebagai lokasi Pertandingan ini.
  • 8 Agustus 2010. Persebaya di nyatakan WO karena tidak hadir di palembang. Persik di nyatakan menang 3-0, tapi tetep belum bisa selamat dari Jurang Degrasi. Baik Persik dan Persebaya akhirnya di nyatakan Degrasi dan Persebaya terancam dapat sangsi tambahan karena tidak hadir di Palembang. Dalam kasus ini yg di Untungkan adalah Pelita Jaya Karawang. Karena walaupun Persik menang 3-0, tetap menang selisih Gol, dibutuhkan minimal menang 7-0 atas Persebaya untuk bisa meloloskan persik ke laga Play Off. Sementara Persebaya minimal harus menang 3-0 atas Persik untuk bisa lolos ke babak play off.
[Baca Selengkapnya]...



Stadion Bung Tomo


Stadion Bung Tomo

| | 6 Tulis Komentar »

Apa kabar Stadion Gelora Bung Tomo? mungkin salah satu pertanyaan Arek Arek Suroboyo yang tidak sabar menanti kapan akan diresmikan Stadion yang nantinya akan menjadi kandang Klub Persebaya Surabaya ini. Stadion yang akan bisa menampung lebih dari 50.000 penonton tersebut sudah 82% selesai. 18% yang belum selesai dan kali ini dalam tahap penyelesaian adalah pada sisi penutup atap tribun, lintasan atletik di sekeliling pinggir Lapangan, Lampu pemancar 1.200 lux dari 42 titik lampu serta Scoring Board.





[Baca Selengkapnya]...

Menjelang berakhirnya putaran pertama ISL beberapa waktu lalu saya mulai menyadari besarnya tekanan yg harus dihadapi Danurwindo dalam menangani Persebaya,untuk itu saya selalu membesarkan hatinya untuk terus melatih dan keluar saya selalu pasang badan untuk membelanya dgn berbagai alasan agar dia tetap bisa fokus dalam menangani team,namun pada sisi yg lain saya juga berjaga-jaga dgn menghubungi Fredy Muli agar mau kembali ke Persebaya pada putaran kedua.Prediksi saya terhadap daya tahan Danur menghadapi tekanan menjadi terbukti,ketika pertandingan yg amat mengecewakan dengan Persijap berakhir,dia menemui saya untuk mengajukan pengunduran dirinya sebagai pelatih Persebaya.saya mencoba tetap menahannya dgn beberapa alasan namun pada sisi yg lain saya juga menyadari dia tidak mungkin lg bisa fokus dengan kondisi seperti itu

Untuk itu saya kembali menghubungi beberapa pelatih termasuk Ivan Kolev untuk melatih Persebaya,sayangnya dibutuhkan waktu paling cepat tiga minggu untuk mengurus administrasi Ivan Kolev,sementara pada sisi yg lain kita tdk mungkin menaikkan salah satu asisten pelatih menjadi pelatih kepala ketika mental team dalam kondisi drop pasca pertandingan melawan Persijap.
Setelah pendekatan dengan Fredy gagal saya menghubungi beberapa pelatih lokal dan asing juga membangun kembali hubungan dengan petinggi2 BLI untuk mengurangi tekanan non teknis yg sangat terasa sepanjang putaran pertama berlangsung.Sebenarnya saya tetap bertekad memberikan kesempatan kepada Danur untuk terus melatih bila saya mampu membenahi materi pemain yg memang menjadi masalah utama team.Upaya merekrut pemain baru untuk pengganti pemain yg jelek kontribusinya nyaris gagal karena kita selalu kedahuluan team2 lainnya dan saya amat yakin itu bagian dari gangguan non teknis yg menimpa kita maka pendekatan ke petinggi BLI dalam banyak bagian amat penting untuk mengangkat performa team dimusim ini.Alhamdulillah setelah hubungan harmonis terjalin kita relatif lebih mudah menghubungi siapapun tuk membenahi team maupun official,dan hari ini saya telah bersepakat dengan Rudi Wilyam Keltjes sebagai pelatih kepala Persebaya Persebaya dan juga Insya Allah bisa memperbaiki beberapa materi pemain di tengat waktu yg amat pendek.saya hanya mohon doanya agar Persebaya di tangan pelatih yg baru bisa tampil lebih semangat lg dgn karakter asli Persebaya dan mampu mendudukan Persebaya pada posisi yg pantas di ISL musim ini. (Ditulis oleh. Saleh Ismail Mukadar)
[Baca Selengkapnya]...

Sabtu, 21 Agustus 2010

komik bonek mania

pada suatu hari aku melihat para sepoter bonek mania.bonek mania pada lihat pertandingan persebaya lawan persija.para sepoter pada ejek ejekan.sepoter bonek mania tidak terima terjadi tawuran sepoter.endak tau gy menang pertandingan siapa.sepoter persija kalah sepoter persebaya menang.akhir ya viking gabung sama bonek.mula mula aremania menyerang bonek mania.ahirnya bonek mania menjadi raja sepoter

Minggu, 15 Agustus 2010

the BONEK mania???


gambar

Add comment February 6th, 2010

salah rekrutmen

SALAH REKRUTMEN
Jumat, 5 Februari 2010 | 09:09 WIB

http://www.surabayapost.co.id/gambar/5bec4ec942bf9e3b5c9e0da629a86dc1.jpg


SURABAYA – Putaran pertama ISL musim ini menjadi ajang pembelajaran bagi Green Force Persebaya. Pembelanjaan pemain asing tim kebanggaan arek-arek Surabaya itu dinilai gagal.

Jika mau jujur, pembelanjaan pemain asing yang berhasil hanyalah John Tarkpor. Selama putaran I, playmaker asal Liberia itu menjadi ruh tim. ”Saya tidak sepakat jika mereka dinilai produksi gagal. Bagaimana pun mereka memiliki kontribusi kepada tim,” kata pelatih Persebaya, Danurwindo.

Dari lima pemain asing yang ada, selama putaran pertama, kecuali Tarkpor, empat pemain lainnya dinilai tidak cocok di pentas ISL. Striker termahal Persebaya, Ngon Adjam (Rp 1,3 miliar), tidak memberikan kontribusi maksimal bagi tim, karena cedera yang dialaminya.

Pemain asal Kamerun itu hanya bermain 248 menit (tidak genap tiga laga) selama putaran pertama. Ngon hanya bermain full time di dua pertandingan (versus PSPS Pekanbaru dan Sriwijaya FC). Dari 17 pertandingan, Ngon hanya mencetak tiga gol. Tentu sangat tidak produktif bagi seorang striker papan atas. ”Ngon bukanlah pemain asal-asalan. Dia adalah striker berkualitas. Hanya saja, dia kena masalah dengan cederanya,” jelas Danur – sapaan akrab Danurwindo.

Penampilan tiga pemain asing lainnya, Josh Maguire, Anderson da Silva dan Takatoshi Uchida, juga tidak menjanjikan. Apakah masalah ini dikarenakan Danur tidak dilibatkan dalam perekrutan pemain asing? Mantan pelatih Persija itu membantahnya. ”Saya sudah memberikan kepada manajemen tentang kriteria pemain yang saya inginkan. Manajemen kemudian mencarikannya. Sebab, tidak mungkin saya mencari pemain sendiri,” jelasnya.

Ketika membangun kerangka tim, manajemenlah yang lebih banyak berperan. Waktu itu, Danurwindo belum bergabung di markas Persebaya karena masih menjalankan tugas sebagai instruktur pelatih lisensi A AFC di Jakarta.

Ketika Danur datang, para pemain sudah terekrut semuanya. Perekrutan Ngon, Tarkpor, Josh, Anderson, dan Taka, manajemenlah yang lebih berperan.

Mengenai pemain asing baru yang kini ikut seleksi, manajer Saleh Ismail Mukadar mengatakan, akan me-launching mereka Minggu (7/2) mendatang. Mereka diperkenalkan dalam laga uji coba versus Persebaya Surabaya U-21.

Temuan TPF

Sementara itu, Tim Pencari Fakta (TPF) Pengcab PSSI Surabaya menemukan celah kekeliruan dari keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang menjatuhkan sanksi berlipat pada Persebaya. Kuasa hukum Persebaya M. Sholeh menerangkan, meskipun keputusan Komdis PSSI terkait kasus Arema Indonesia tidak bisa dibanding, karena dendanya tidak lebih dari Rp 30 juta, sejatinya denda tersebut lebih dari Rp 30 juta.

“Komdis menjatuhkan vonis dua kali untuk kasus yang sama, yaitu kasus Arema. Hal yang tidak lazim di lingkungan hukum. Selain kena denda Rp 30 juta, Komdis juga memberikan denda tambahan Rp 5 juta untuk diberikan pada Arema,’’ jelas Sholeh.

Berarti, Komdis mendenda Rp 35 juta plus hukuman partai usiran Persebaya versus Sriwijaya FC di Malang, tanpa penonton. ’’Keputusan pertama denda Rp 5 juta. Mungkin karena Komdis tidak mendapat apa-apa, mereka menjatuhkan keputusan kedua. Ini baru pertama kali, satu kasus diputus dua kali,’’ jelasnya.

Sholeh berharap hukuman terhadap Persebaya direduksi. Partai usiran Persebaya kontra Sriwijaya di Malang, menurut Sholeh, berarti memberikan masalah kepada Arema. Sebab, selama ini terjadi permusuhan suporter Arema dan Persebaya. ook

Add comment February 5th, 2010

berita meneng rek

JUMAT, 05 FEBRUARI 2010 | 11:19 WITA | 5694 Hits
Persebaya Gelar Laga Amal
Untuk Bayar Denda Komdis

(Foto, vivanews.com)

SURABAYA — Kondisi keuangan Persebaya sedang tidak bersahabat. Ya, tim berjuluk Green Force itu meradang, setelah digempur habis-habisan oleh hukuman Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dengan denda yang berlapis.

” Kondisi keuangan kami tidak sehat, itu setelah banyak denda yang diberikan oleh Komdis kepada Kami,” aku Ketua Umum Persebaya, Saleh Ismail Mukadar di Gelora 10 Nopember kemarin (4/1).
Menurut Saleh, faktor yang menguras kantong Persebaya adalah kewajuban pembayaran denda sebesar Rp 30 Juta kepada Arema Malang, sebelum jatuh tempo pada tanggal 9 Februari.

Selain itu, Sambung Saleh, Persebaya juga ditekan untuk membayar denda sebesar Rp 200 juta kepada komdis dan Rp 50 juta yang diberikan pada Persib Bandung, Saat pendukung Persebaya ikut memberikan dukungan kepada Persebaya saat melawan Persib Bandung pada tanggal 23 Januari silam.

” Ini sangat tidak adil, mereka (Komdis Red) sudah tahu kalau kondisi keuangan kami sedang tidak bersahabat, malah memberikan hukuman seperti itu,” ucap Saleh. Kendati demikian, Saleh menyatakan bahwa hukuman yang diberikan oleh Komdis itu akan terasa lebih ringan. Itu setelah para pendukung Persebaya dari berbagai elemen memohon agar Persebaya membuat laga amal untuk membayar denda yang dibebankan kepada Persebaya tersebut.

” Mereka (sporter Persebaya Red) menginginkan laga amal itu, dan kami akan menggelarnya pada Hari Minggu Sore (7/1) di sini (Gelora Sepuluh Nopember Red),” tutur pria berbadan subur itu. Saleh optimistis masih banyak pendukung yang mau membantu Persebaya untuk keluar dari masa-masa sulit dengan laga amal antara Persebaya melawan Persebaya Junior itu,

” Saya yakin, mereka bukan hanya datang untuk menyaksikan pertandingan, tapi lebih dari itu, yakni meringankan beban yang dialami oleh tim idola mereka,” Ungkap Saleh. Menurut Saleh, karena laga tersebut adalah laga amal, maka diberikan harga yang sama bagi semua kelas yakni Rp 20.000.” (jpnn)

Kamis, 05 Agustus 2010

hifatlobrain 2.0

3/18/09

The Forgeted Spirit of Bonek


Teks dan foto: Emal Zain MTB
Riset: Ayos Purwoaji



___________________________________







Kontrib
utor
Emal
Zain MTB adalah seorang traveler yang sudah banyak mengunjungi tempat eksotis nan tersembunyi di Jawa, dan masih menabung untuk proyek besarnya mengelilingin Indonesia. Emal juga seorang penulis dan pemikir yang berbakat. Penggemar segala jenis makanan ini tercatat aktif sebagai word editor pada ITS Online.
___________________________________

"...
Yo...ayooo
Ayo Persebaya...
Sore ini...
Kita harus menang!
..."

Lagu itu bergemuruh menghentakkan stadion. Mengangkat emosi para penonton ke puncak tertinggi. Emosi yang juga dirasakan 11 pemain berbaju hijau,sebuah emosi yang leluap utuk menang! Lagu itu sndiri diambil dari sebuah nada dari Amerika Selatan, Chile tepatnya. Lagu patriotik yang digubah liriknya dan telah meng-Indonesia. Sederhana namun menggetarkan. Lagu inilah yang dibawakan Bonek Mania ketika mendukung laskar Bajul Ijo sore itu.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup saya; menjejakkan kaki di sebuah stadion. Gak tanggung-tanggung, langsung ke stadion sekelas Gelora Sepuluh Nopember (GSN) yang kabarnya akan diproyeksikan sebagai tuan rumah Piala Dunia. Saya hadir ditemani dua orang teman saya, Fatih dan Ibnu. Bukannya kurang kerjaan di akhir minggu, tapi kami hanya ingin merasakan sebuah sensasi langka yang tidak bisa didapatkan di manapun di seluruh dunia kecuali di Stadion Tambaksari bersama puluhan ribu Bonek yang lain. Sesuatu yang dihindari namun sekaligus ngangeni, sesuatu yang mungkin bakal hilang ditelan zaman, sesuatu yang hanya bisa dirasakan para Green Force.

Aah terlalu seru untuk dituliskan. Datang sajalah dan nikmati...

***
Belum lagi matahari condong ke Barat, jalan Tambaksari sudah sulit dilalui kendaraan. Lautan hijau sudah memenuhi pelataran stadion. Datang dari berbagai penjuru Surabaya, mulai Surabaya bagian utara, selatan, barat, sampai timur semua berkumpul pada satu titik. Beberapa sudah antri di depan pintu masuk kelas ekonomi. Padahal suara peluit dimulainya pertandingan masih 2 jam lagi dibunyikan. Tiket masih saja laris manis. Gerombolan-gerombolan ijo terus saja berdatangan. Semakin menyesakkan Tambaksari. Tak jauh dari kerumunan, puluhan Brimob telah siaga. Mobil watercanon pun terparkir dengan gagahnya. Berjaga.

Selepas Shalat Ashar kami pun turut mengantri di depan pintu tribun utama sisi kanan (SKA). Ada tiga macam tiket di GSN, VIP seharga Rp 50 ribu, Tribun Utama seharga Rp 30 ribu dan kelas ekonomi Rp 15 ribu. Kelas ekonomi memenuhi tiga per empat tempat duduk stadion. VIP dan tribun utama berada di sisi barat dengan bonus atap pelindung dari panas dan hujan. Bedanya, VIP memakai kursi bersandar dari plastik. Sedangkan tribun utama dan ekonomi duduk di lantai berundak. Berbaur dengan penonton lainnya. Bersorak bersama dan melenguh bersama pula.

Sore itu, Persebaya kedatangan lawan dari Persitara Jakarta Utara untuk menjalani Leg I Copa Indonesia babak Perdelapan Final. Wajar jika animo Bonek mania cukup tinggi. Tercatat dalam pengumuman, ada 21 ribu orang memenuhi stadion sore itu. Sebaliknya, hanya ada puluhan suporter Persitara di tengah kami. Seperti sebuah noktah biru kecil di belantara hijau stadion. Sepertinya 11 pemain Persitara di lapangan pun dibuat ciut nyalinya. Siapa sih yang tidak kenal Bonek?

Pertandingan cukup keras di awal babak pertama. 4 kartu kuning sudah keluar. Bonek pun mulai memanas, kecewa dengan kinerja wasit dengan meneriaki ”wasiit ngantuuuk", juga kecewa karena kinerja pemain Persebaya yang tidak sesuai harapan mereka. Di sinilah chemistry berada di stadion bersama puluhan ribu orang benar-benar terasa. Diiringi yel-yel Bonek mania, semua menjadi melodi yang mengguncang emosi. Emosi yang hanya di dapat di stadion, tidak saat menonton di televisi, tidak pula saat menikmati film action di bioskop. Maka datang sajalah dan nikmati sendiri...

Para Bonek akan spontan berdiri saat muncul peluang di depan gawang. Semua akan kecewa saat peluang tersiakan. Semua akan marah saat pemain di langgar. S.E.M.U.A; tidak ada yang tidak. Ribuan orang tersebut pun mampu membuat orang yang tidak suka sepakbola untuk bangkit melonjak meninju udara dan berteriak kegirangan saat gol tercipta. Berteriak sejadinya....emosi pun terpuaskan. ”

OOoooooOOOooooooo...OoOooOOoOoooooOO...oooo

Inilah sebuah hiburan yang tidak banyak diminati kaum muda masa kini di Surabaya. Sebuah tempat yang tidak dimasukan dalam "objek yang wajib dikunjungi di Surabaya" oleh dinas Pariwisata. Meski tidak bagus tempatnya namun indah dilihat mata. Kumuh berjubel terlihat namun nyaman terasa. Bukankah hijau adalah warna yang nyaman dan menentramkan. Saat Persebaya bermain, tidak hanya lapangan, stadion akan berubah menjadi hijau. Emosi itu semakin terasa. maka datang sajalah dan nikmati...!

Dua gol tercipta sore itu untuk keunggulan Persebaya. Tidak sia-sia. Rp 15 ribu untuk satu gol yang kami lihat dari Tribun Utama plus kepuasan batin yang membuat kami bergelora hingga kos.

***
Bonek sendiri adalah akronim dari bondo nekat atau modal nekat dalam bahasa Indonesia. Sebutan ini dialamatkan kepada para pendukung Persebaya karena banyak cerita yang muncul dari ulah mereka. Bonek sendiri sangat identik dengan kekerasan, kerusuhan, naik kereta api gratis, semangat, dan kenekatan yang luar biasa. Hampir sama dengan suporter hooligan yang ada di Eropa. Menurut sebuah sumber, asal muasal kata bonek sendiri lahir dari surat kabar Jawa Pos di tahun 1989, begitu juga dengan logo bonek yang berupa seorang pria garang gondrong berteriak dengan ikat kepala mirip rambo yang katanya lahir dari koran ini. Entah benar atau tidak memang dibutuhkan penelusuran lebih lanjut.

Sebagai salah satu suporter fanatik, tentu saja Bonek memiliki kawan dan lawan. Salah satu lawan legendaris dari Bonek adalah Bobotoh Bandung pendukung Persib atau disebut juga The Viking. Salah satu analisis menarik malah dilontarkan bung Andreas Harsono –kalau saya tidak lupa- dalam blognya, bahwa permusuhan Bonek dan Bobotoh bisa dirunut sejarahnya sebagai permusuhan abadi antara Majapahit dan Pajajaran. Darah permusuhan itu memang menjadi sebuah kisah epik yang sangat masyhur selama berabad lamanya.Namun tampaknya mitos itu berakhir sejak Liga Indonesia diselenggarakan. Saat ini Bonek Persebaya dan Bobotoh Persib menjadi sebuah aliansi yang solid.

Salah satu cerita yang paling terkenal dari Bonek terjadi pada tahun 90an. Dimana saat itu ada sebuah pertandingan melawan Persija di Jakarta, tercatat ratusan ribu bonek datang berduyun-duyun ke Jakarta menggunakan ratusan armada bis yang dikoordinir oleh CEO Jawa Pos saat itu Pak Dahlan Iskan. Konon katanya, arak-arakan bis yang ditumpangi Bonek dari Surabaya menuju Jakarta saat itu adalah pawai bis paling panjang dan akbar di Indonesia hingga saat ini. Jakarta pun berubah menjadi lautan hijau. Para ’Arek’ (sebutan untuk perantau yang berasal dari Jawa Timur) di Jakarta pun menyambut kedatangan saudara-saudara mereka dengan sukacita. Pesta di jalanan pun diselenggarakan, dan selebihnya adalah sejarah.

Beberapa rujukan film yang patut ditonton adalah Green Street Hooligan yang dibintangi oleh Elijah Wood yang bercerita tentang kehidupan para suporter fanatik sepakbola yang rela tawuran dan ngaco demi timnya. Film apik lain yang bisa menjadi rujukan adalah film The Conductor yang mengisahkan kehidupan seorang Yuli 'Sumpil' konduktor lapangan dari Aremania yang mempu membuat ribuan orang bergerak dalam sebuah harmoni yang spontan dan menggelora.

***

Di tengah pertandingan situasi memanas saat masih saja ada Bonek mania melempar barang ke tenga lapangan karena kecewa pada wasit. Suporter Persitara yang hanya puluhan itu pun mengeluarkan yel-yelnya;

"...
Kami tidak suka rusuh
Rusuh itu tiada guna
Kita ini satu bangsa
Bangsa Indonesia
..."


Sumber:
wikipedia.com
google.com
http://bonek-suroboyo.blogspot.com/
http://bonex-cyber.web.id/


NB:
Gambar untuk kover kali ini diambil dari sebuah foto legendaris tentang bonek yang diambil oleh Solihudin, seorang wartawan Jawa Pos. Foto ini sempat menjadi salah satu pemenang dalam ajang World Press Photo, sebuah event fotojurnalisme paling prestise di dunia.

Catatan perjalanan Emal yang lain dapat anda temukan di blog pribadinya; http://bizesha.blogspot.com/

Liputan ini turut memperkaya tema Surabaya Heritage Trip, sebuah program dokumen
tasi kota oleh Hifatlobrain. Anda pun bisa berperan!

1 komentar:

sacharosa said...

Syiip... Syiip... Keren...
gitu lah sekali-kali nulis tentang sport.
Kayaknya bukan cuma pertama kali datang ke stadion, tapi juga pertama kali nonton sepak bola...

Surabaya Heritage Trip

Surabaya Heritage Trip
Ini adalah sebuah program city trip documentary dari Hifatlobrain. Anda pun bisa berkontribusi!

WelkamSedaya

Selamat datang di Hifatlobrain. Blog ini bukanlah travel guide, jadi sangat susah bagi Anda untuk menemukan entry seperti How To Get There, Where To Stay dan Where To Eat untuk sebuah destinasi. Yang kami tawarkan adalah sebuah Travel Experience, sebuah cara pandang baru bagi para pecinta jejalan. Selamat Menikmati.

Editor-In-Chief

Associate Editor

Associate Editor
Winda Savitri, seorang pejalan. Menyukai nasi bebek dan game zombie.

Honorable Contributor

Honorable Contributor
.